Allah ta’ala berfiriman (yang artinya), “Bagaimanakah menurut kalian tentang Latta, Uzza, dan Manat (sesembahan lain) yang ketiga itu. apakah bagi kalian anak laki-laki sedangkan bagi Allah anak perempuan, tentu saja hal itu adalah pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kalian berikan begitu pula oleh nenek-nenek moyang kalian, tidak ada bukti sama sekali yang diturunkan Allah yang membenarkan perbuatan kalian itu. kalian tidaklah melakukannya kecuali sekedar mengikuti persangkaan dan memperturutkan hawa nafsu semata. Padahal sungguh telah datang petunjuk dari Rabb mereka.” (QS. An-Najm : 19-23).
Kandungan ayat secara global
Allah ta’ala membantah orang-orang musyrik yang beribadah kepada sesuatu yang tidak berakal yaitu ketiga berhala tersebut, apa yang bisa mereka ciptakan. Allah pun mencela mereka karena tindakan mereka yang aniaya dalam membagi, mereka tidak mau mengambil anak perempuan sementara mereka justru menjadikan Allah memiliki anak-anak perempuan, kemudian Allah menuntut mereka untuk memberikan bukti yang mendukung kebenaran penyembahan berhala yang mereka lakukan. Allah pun menjelaskan bahwa prasangka belaka dan menuruti keinginan nafsu tidak bisa dijadikan sebagai dalil untuk menjawabnya. Sebab yang bisa dijadikan dalil hanyalah bukti dan keterangan yang dibawa oleh para rasul yang menunjukkan wajibnya beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan penyembahan berhala
Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat ini
- Mencari berkah dengan pohon dan batu adalah syirik
- Disyariatkannya mendebat orang-orang musyrik untuk menumpas kesyirikan dan menetapkan tauhid
- Tidak boleh menetapkan hukum kecuali dengan landasan dalil dari wahyu yang Allah turunkan bukan hanya dengan persangkaan apalagi hawa nafsu
- Allah telah menegakkan hujjah dengan mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab
Diriwayatkan dari Abu Waqid al-Laitsi, dia mengatakan; Suatu ketika kami berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju Hunain dan ketika itu kami masih baru meninggalkan agama kekafiran. Orang-orang musyrik ketika itu memiliki sebuah pohon yang mereka gunakan untuk tempat I’tikaf dan menggantungkan senjata-senjata dan disebut dengan Dzatu anwath. Maka kami pun melewati pohon itu, lalu kami katakan, “Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami dzatu anwath seperti yang mereka punyai.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Allahu akbar! Inilah kebiasaan jelek itu. Apa yang kalian ucapkan persis seperti yang diucapkan oleh bani Israil kepada Musa, ‘Jadikanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka punya sesembahan-sesembahan.’ Sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang bodoh.’ Kalian pasti akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian.” (HR.Tirmidzi dan dia mensahihkannya).
Kandungan hadits secara global
Abu Waqid menceritakan kejadian yang mengherankan dan menyimpan pelajaran yaitu ketika mereka berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melawan kabilah Hawazin sementara sewaktu itu mereka baru saja masuk Islam sehingga masalah syirik masih samar bagi mereka. Ketika mereka melihat apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik dengan mencari berkah dengan pohon tersebut maka mereka meminta agar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga membuatkan untuk mereka sebuah pohon yang serupa. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan mengingkari hal itu seraya mengagungkan Allah dan terheran-heran akan ucapan ini. Beliau pun memberitakan bahwa ucapan semacam ini menyerupai ucapan kaum Musa kepadanya ketika mereka melihat orang-orang yang memuja berhala; ‘jadikanlah bagi kami sesembahan sebagaimana sesembahan-sesembahan yang mereka miliki’, sedangkan hal itu serupa dengan apa yang mereka lakukan itu. kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan bahwa umat ini juga akan mengikuti jalan kaum Yahudi dan Nasrani dan meniti langkah-langkah mereka serta melakukan sebagaimana perbuatan mereka dan hal itu merupakan berita yang bermakna celaan dan peringatan dari perbuatan ini.
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini
- Mencari berkah dengan pohon adalah syirik, begitu pula mencari berkah dengan batu dan semacamnya
- Orang yang berpindah dari kebatilan yang telah biasa dilakukannya maka dia tidak bisa merasa aman kalau di dalam hatinya masih tersisa kebiasaan tersebut
- Sebab penyembahan berhala itu adalah mengagungkannya dan beri’tikaf di sisinya serta mencari berkah padanya
- Bisa jadi seseorang menganggap sesuatu baik dan dapat mendekatkan dirinya kepada Allah padahal hal itu justru menjauhkannya dari Allah
- Sudah semestinya seorang muslim bertasbih dan bertakbir apabila mendengar sesuatu yang tidak layak diucapkan dalam hal agama ataupun ketika merasa heran
- Pemberitaan mengenai terjadinya syirik di dalam tubuh umat ini dan hal itu telah terjadi
- Salah satu tanda kebenaran kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu dengan terjadinya syirik di dalam umat ini sebagaimana yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan
- Larangan meniru-niru orang-orang jahiliyah, yahudi maupun nasrani kecuali ada dalil yang menunjukkan bahwa hal itu termasuk bagian ajaran agama kita
- Yang dijadikan patokan dalam menentukan hukum adalah dengan makna bukan dengan namanya sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap tuntutan mereka sebagaimana tuntutan bani Isra’il dan beliau tidak menghiraukan penamaan hal itu dengan dzatu anwath (karena hakikatnya sama, pent)
Sumber : al-Mulakhkhash fi Syarh Kitab at-Tauhid karya Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah